Hidung tersumbat dan sulit bernafas.
Mengapa rindu selalu datang di saat yang tidak tepat?
Dan, ya. Aku merindukanmu. Merindukan senyummu. Suara dan tawamu.
Aku begitu menyayangimu sampai-sampai aku tak dapat menemukan alasan logis dan super-rasional yang bisa kugunakan untuk membencimu. Mengapa melupakanmu sesaat menjadi begitu sulit justru ketika aku begitu membutuhkannya? Aku butuh waktu untukku sendiri dan berhenti memikirkanmu sejenak, tapi sepertinya Tuhan dan malaikatmu tak mengizinkannya.
Hhhhmmmmm. Apa boleh buat. Begitu, 'kan?
Aku kesal pada diriku sendiri, yang tak bisa menyampaikan apa yang sesungguhnya begitu ingin kusampaikan. Agar tak lagi aku menanggung beban berat sendirian. Agar mereka tak lagi melihat 'aku yang mempertahankan hubungan' ini, melainkan kita. Ya, kausadarikah mereka yang melihatku dengan tatapan dukacita seolah aku ini baru saja kehilangan segenap keluarga, hanya karena keegoisanmu semata?
Dan, apalagi kali ini? Oh, ya. Mau diapain lagi? Mungkin begitu.
Aku tidak ingin melukaimu. Justru sebaliknya. Aku ingin kau terus tersenyum, tertawa. Yah, senyum dan tawamu membuatku merasa lebih baik. Membuatku percaya bahwa kau baik-baik saja. Sayangnya, kurasa kau tidak merasakan yang sama denganku. Justru sebaliknya. It seems like you're okay with or without me, and it's completely hurts!
Yang terakhir dan yang paling menyebalkan, juga paling menyakitkan. Oh.
"Karena cinta butuh lebih dari sekedar kata-kata." kata seorang gadis yang seringkali teringat pada seseorang tiap kali ia tenggelam dalam lamunan yang tak berujung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar