Rabu, 12 Juni 2013

The Only Night

Aku tidak sabar ingin bertemu. 
Banyak sekali hal yang ingin kuceritakan padamu, 
sampai-sampai aku takut melupakan salah satunya.

Aku tidak sabar ingin bertemu. 
Tanpa pikir panjang, kuarahkan pandanganku ke deretan tempat duduk. 
Tak terhitung olehku ada berapa banyak yang telah tiba.

Aku tidak sabar ingin beremu.
Dimanakah kamu? 
Kucari namun tak kutemukan.

Aku tidak sabar ingin bertemu.
Ah, ternyata di sana. Kutemukan kamu.
Berpakaian rapi dengan kemeja putih.

 ...

Pandangan kami bertemu.
Cepat-cepat kualihkan pandanganku, pura-pura tak melihat.

Tapi kenapa?
Meski mengetahui keberadaanku, 
tak ia langkahkan kaki untuk menghampiriku
walau hanya untuk sekedar menyapa? 

Aku terus menunggu.
Kutahan tangis kecewaku.
Harusnya kamu tahu.

Aku terus menunggu.
Tangisku pecah. Banyak orang mengelilingiku ketika aku menangis.
Tapi dimanakah kamu? 

...

Selama kita tak bertemu, aku selalu merindukanmu.

Selalu.

Merindukan senyum dan tawamu,
suaramu, sentuhanmu.
Juga jemarimu yang hangat.

Tapi kenapa? 

Bahkan menghampiriku saja kamu tak sudi?

Apa sulit meninggalkan mereka untukku
meski hanya beberapa menit?

Apakah mereka merindukanmu kala tak bertemu denganmu?
Apa mereka mencintaimu sebesar aku mencintaimu?

Mereka tak pantas mendapatkannya.
Harusnya aku.
Harusnya aku yang terus di sisimu kala itu.

...
 
Terima kasih
untuk luka lama yang kaubangkitkan kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar