Sabtu, 23 Februari 2013

Aku Ingin Tetap Bersamamu

Kamu menyukainya.
Terlihat dari bagaimana kamu memandangnya, 
tersirat dari caramu berbicara dengannya. 

Tiap kali ia melangkah mendekatimu, 
tatapmu penuh binar cemerlang, 
seakan-akan ialah satu-satunya insan
yang dapat memberimu bahagia. 

Oh, yang benar saja!
Apa yang ia miliki tidak kumiliki
untuk memberimu bahagia 
dan tawa gembira?

Tiap kali ia datang menghampirimu, 
kamu tersenyum lalu memanggil namanya. 
Kamu senang akan kehadirannya:
bahasa tubuhmu jelas menyiratkannya. 

Aku tidak menyukainya!
Bagaimana mungkin aku menyukai dia 
yang seringkali merusak hariku 
dengan menepis tiap-tiap kebahagiaan kecilku?

Dan kamupun sudah tahu betul 
aku sama sekali tidak menyukainya. 
Aku sama sekali membencinya. 
Tapi kamu masih saja bersamanya. 

Bukan berarti aku memintamu meninggalkannya, 
bagaimana mungkin aku melakukannya? 
Ia terlalu istimewa buatmu, 
yang aku tak paham mengapa. 

Mungkin saja
ialah tempatmu melarikan diri. 

Mungkin kamu sudah muak 
dengan tingkah konyolku, 
sehingga kamu lebih memilih 
untuk menghabiskan waktumu bersamanya.  

Kuharap pikirku meleset, 
kuharap bayanganku itu salah. 

Karena aku masih ingin menetap di sisimu, 
menjadi satu-satunya sebab senyum dan tawamu. 
Karena aku masih ingin berada di hatimu, 
menjadi satu-satunya sosok yang berkeliaran dalam benakmu. 

Orang yang tepat untukmu 
tentu saja bukan dia, melainkan aku. 

Dia hanyalah penggembira sesaat, 
aku tahu cara ia membuat tipu daya. 
Dia hanyalah pemberi suka kemudian luka, 
aku tak mau kamu menjadi korbannya. 

Tinggalkan dia
aku masih berdiri di sini untukmu. 

  
Terlambatkah aku 
untuk mengucap maaf?

Kuharap kamu mau mengerti:
Aku ingin tetap bersamamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar