Senin, 16 Januari 2012

Sulit yang sederhana


“Aku menyukaimu”
Faktanya, aku memang menyukaimu.
Aku suka caramu berpikir, aku suka caramu tertawa,
dan aku paling suka caramu tersenyum. Aku suka! Semuanya!
Lebih-lebih selera humormu yang menggelikan itu. Kadang aku dibuat tertawa tanpa henti karenanya.
Sadarkah kau, bahwa 'indah' saja tak cukup untuk menggambarkan dirimu?
“Aku menyukaimu”
Kenyataan yang tak bisa kupungkiri, begitulah. Gejolak rasa ini muncul begitu saja.
Aku tak tahu darimana datangnya rasa ini, ia datang tanpa permisi dan tahu-tahu sudah mengisi hatiku.
Dan rupanya hatiku saja tak cukup. Ia menjalar sampai ke otakku dan sekujur tubuhku.
Karenanya, otakku tak bisa berhenti memikirkannya dan tubuhku selalu merindukan sentuhannya. Gila. Ya, ini gila.
“Aku menyukaimu”
Mengatakannya tak sesederhana menuliskannya.
Seakan kalimat itu meronta ingin keluar dari mulutku, hanya saja lidahku tak mengizinkannya.
Tapi aku percaya, akan datang harinya dimana aku bisa mengatakannya langsung pada ia yang kusukai,
bahkan tak terbantahkan lagi akupun menyayangi dia.
Kapankah datangnya hari itu? Aku tak tahu, tak ada yang tahu.
Mungkin hanya Tuhan yang tahu kapan, dan yang bisa kulakukan hanya menunggu Tuhan merampungkan rencanaNya bagiku dan baginya. 

#16012012 || 7:17 pm 
__________________________________________

Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu sejak dulu. Sampai sekarang aku belum mengatakannya karena... yah, karena berbagai alasan. Dan alasan utamanya adalah karena aku takut. 
     Kalau aku mengatakannya, reaksi apa yang akan kauberikan?
     Apakah kau akan menerima pengakuanku? 
     Apakah kau akan percaya padaku? 
     Apakah kau masih akan menatapku seperti ini?
     Tersenyum padaku seperti ini? 
     Atau apakah justru kau akan menjauh dariku?
     Meninggalkanku? 
     Tapi aku tahu aku harus mengatakannya padamu. Aku tidak mungkin menyimpannya selamanya. Entah bagaimana reaksimu nanti setelah mendengarnya, aku hanya berharap satu hal padamu. 
     Jangan pergi dariku. 
     Tetaplah di sisiku.
–Prolog Spring In London || Ilana Tan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar